Beranda | Artikel
Ambillah (Ayat) Apapun Dari Al-QurAn Untuk Keperluan Apapun yang Engkau Inginkan
Kamis, 26 Februari 2004

AMBLILLAH (AYAT) APAPUN DARI AL-QUR’AN UNTUK KEPERLUAN APAPUN YANG ENGKAU INGINKAN

Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Syaikh yang mulia! Saya membaca di sebuah kitab kecil satu hadits yang berbunyi

خُذْ مِنَ الْقُرْأَنِ مَا شِئْتَ لماشِئْتَ

“Ambillah (ayat) apapun dari Al-Qur’an untuk keperluan apapun yang engkau inginkan” [1]

Apakah hadits ini shahih ? Kami mohon jawaban. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas anda dengan kebaikan.

Jawaban.
Dalam beberapa bahasa, hadits tersebut cukup terkenal terutama lewat khutbah-khutbah dan ceramah-ceramah. Tetapi sayang sekali hadits tersebut termasuk hadits yang tidak ada asal-usulnya dalam sunnah. Oleh karena itu kita tidak boleh meriwayatkannya atau menyandarkan perkataan tersebut kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari segi makna, hadits tersebut sangat bertentangan dengan syari’at Islam. Coba kita renungkan.

خُذْ مِنَ الْقُرْأَنِ مَا شِئْتَ لماشِئْتَ

“Ambillah (ayat) apapun dari Al-Qur’an untuk keperluan apapun yang engkau inginkan”

Misalnya, seandainya kita duduk-duduk saja di salah satu ruangan di rumah kita, tidak bekerja dan tidak melakukan aktifitas apapun, sementara kita mengharapkan Allah menurunkan rezeki (uang) dari langit, dengan alasan kita mengambil/menggunakan Al-Qur’an untuk medapatkan rezeki dengan cara seperti ini. Apakah kita yang berakal sehat melakukan hal seperti ini .?

Ini adalah perkataan yang jelas-jelas batil. Hal seperti di atas hanya dilakukan orang-orang sufi pemalas yang kerjanya hanya duduk-duduk dan berdiam diri di satu tempat yang mereka namakan “tempat pengikatan”. Di tempat tersebut tidak ada yang mereka lakukan kecuali menunggu-nunggu datangnya rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala lewat orang-orang yang menaruh belas kasih terhadap mereka.

Ketahuilah bahwa kelakuan seperti ini bukan kebiasaan seorang muslim, sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendidik seluruh kaum muslimin untuk memiliki semangat yang tinggi, cita-cita yang luhur, serta kebanggaan diri.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

الْيَدُالْعُلَيَا خَيْرٌ مِنْ اليَدِ السُّفْلَى فَالْيَدُ الْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُوَالسُّفْلَى هِيَ السَّائِلَةُ

“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan yang di atas adalah si pemberi, sedang tangan yang di bawah adalah si peminta” [2]

Saya terkejut ketika saya membaca beberapa kisah tentang orang-orang zuhud dan orang-orang Sufi yang sengaja bepergian jauh tanpa membawa perbekalan sedikitpun. Dia mengira yang dilakukannya merupakan suatu bentuk tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika tiba di suatu tempat di ditimpa kelaparan yang sangat dahsyat dan merasa seolah-olah ajal sudah dekat, tiba-tiba dari kejauhan tampak sebuah perkampungan. Dengan tertatih-tatih dia mendekati kampung tersebut. Kebetulan hari itu adalah hari Jum’at. Karena dari awal dia sudah berniat untuk “bertawaqal” hanya kepada Allah saja, maka dia tidak mau memperlihatkan dirinya yang sedang kelaparan kepada orang-orang yang berada di masjid. Dan untuk lebih menjaga rasa “tawaqalnya”, dia memutuskan untuk tidak ikut shalat Jum’at di masjid kampung tersebut, tetapi malah bersembunyi di bawah mimbar agar tidak diketahui oleh siapapun.

Anehnya lagi …. ketika shalat Jum’at telah selesai dan orang-orangpun sudah banyak yang pulang serta pintu-pintu masjid sudah ditutup, dia berdehem berulangkali sambil menggerak-gerakkan badannya. Kemudian beberapa orang menghampirinya dan selanjutnya mereka memberikan pertolongan dengan minuman dan makanan.

Orang sufi itu ditanya oleh orang-orang yang menghampirinya : “Siapa anda ?” Dia menjawab : “Aku adalah seorang yang zuhud dan bertawakkal hanya kepada Allah saja” Salah seorang penduduk kampung tersebut berkata : “Kalau engkau betul-betul bertawaqal kepada Allah, kenapa engkau minta tolong kepada kami dengan cara berdehem-dehem ? Kenapa engkau tidak pasrah saja kepada Allah sampai engkau mati denan membawa dosa-dosamu?”. Inilah perumpamaan dari hadits palsu di atas.

خُذْ مِنَ الْقُرْأَنِ مَا شِئْتَ لماشِئْتَ

“Ambillah (ayat) apapun dari Al-Qur’an untuk keperluan apapun yang engkau inginkan”

Kesimpulannya adalah bahwa hadits tersebut tidak ada asal-usulnya sama sekali.

[Disalin kitab Kaifa Yajibu ‘Alaina Annufasirral Qur’anal Karim, edisi Indonesia Tanya Jawab Dalam Memahami Isi Al-Qur’an, Penulis Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, terbitan Pustaka At-Tauhid, Penerjemah Abu Abdul Aziz, Cetakan April 2002/Shafar 1423H]
_______
Footnote
[1]. Adh-Dhoifah No. 557
[2]. Shahih Bukhari No. 1429 dan Shahih Muslim No. 103


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/299-ambillah-ayat-apapun-dari-al-quran-untuk-keperluan-apapun-yang-engkau-inginkan.html